Yamin
Hasibuan
renungan
Buat Bapak2 dan Ibu2 yg kami hormati dan banggakan.
Silahkan di
resapkan renungan yang berikut ini:
Jilid I
"Teeng..."
Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
"Teeng..."
Terdengar denting bunyi jam 1 kali, menandakan jam 01.00 dini hari.
“Assalamu’alaikum…!”
Ucapnya lirih Rino saat masuk rumah.
Tak ada
orang yang menjawab, Rino tahu istri dan anakanaknya pasti sudah tidur.
"Biarlah malaikat yang menjawab salamku,” Gumamnya dalam hati.
Diletakkanlah tas, ponsel dan kuncikunci di meja. Setelah itu, barulah Rino
menuju kamar mandi untuk kencing sekalian berwudlu kemudian berganti pakaian.
Semua
tertidur pulas, tak ada satupun yang terbangun. Segera Rino beranjak menuju
kamar tidur. Pelanpelan dibukanya pintu kamar. Rino tidak ingin mengganggu
tidur istrinya.
Benar saja
istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadiran suaminya. Kemudian Rino
duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dalamdalam wajah Rina istrinya.
Rino
teringat perkataan almarhum ayahnya, dulu sebelum Rino menikah.
Ayahnya
berpesan : "Jika kamu sudah menikah nanti..
•Jangan
berharap kamu punya istri yang sama persis dengan maumu. Karena kamu pun juga
tidak sama persis dengan maunya.
•Jangan pula
berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami
istri adalah dua orang yang berbeda. Bukan untuk disamakan tapi untuk saling
melengkapi.
Dan.. Jika
suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah,
dan perasaan tidak enak yang lainnya,
Maka..
Lihatlah ketika istrimu tidur.." “Kenapa Yah, kok waktu dia tidur?” Tanya
Rino kala itu.
Ayahnya
menjawab : “Nanti kamu akan tahu sendiri" Waktu itu, Rino tidak sepenuhnya
memahami maksud ayahnya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, karena ayahnya sudah
mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.
Malam itu,
Rino mulai memahaminya. Malam itu, Rino menatap wajah istrinya lekatlekat.
Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya.
Wajah polos istrinya saat tidur benarbenar membuatnya terkesima. Raut muka
tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepurapuraan, tanpa dibuatbuat. Pancaran
tulus dari kalbu. Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan. Ada rasa
sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang
tidak bisa ia gambarkan dengan katakata.
Dalam batin,
Rino bergumam,
“Wahai
istriku, engkau dulu seorang gadis
•Yang
leluasa beraktivitas,
•Banyak hal
yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Lalu aku menjadikanmu seorang istri.
•Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit.
•Memberikanmu
banyak batasan,
•Mengaturmu
dengan banyak aturan. Dan aku pula..
•Yang
menjadikanmu seorang ibu.
•Menimpakan
tanggung jawab yang tidak ringan.
•Mengambil
hampir semua waktumu untuk aku dan anakanakku. Wahai istriku.. Engkau yang
dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban.. Kini aku memberikan beban di
tanganmu, dipundakmu..
•Untuk
mengurus keperluanku,
•Guna
merawat anakanakku, juga
•Memelihara
kenyamanan rumahku. Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan
keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anakanakku. Kau tanggalkan
segala atributmu untuk menjadi pengasuh anakanakku. Kau buang egomu untuk
menaatiku, Kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.
Wahai
istriku..
Di kala
susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat
sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Jika aku gundah,
kau penyejuk hatiku. Kala aku bimbang, kau penguat tekadku. Bila aku lupa, kau
yang mengingatkanku. Ketika aku salah, kau yang menasehatiku.
Wahai
istriku..
Telah sekian
lama engkau mendampingiku. Kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai lakilaki.
Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu..?!
Dengan
alasan apa aku marah padamu..?!
Andai kau
punya kesalahan atau kekurangan. Semuanya itu tidak cukup bagiku untuk
membuatmu menitikkan airmata. Akulah yang harus membimbingmu. Aku adalah
imammu.
Jika kau
melakukan kesalahan. Akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu
mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu. Itu bukanlah hal yang perlu
dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.
Maafkan aku
istriku.. Kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan.
Mari kita
bersamasama membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan
indah, dengan hamparan keridhoan Allah azza wa jalla. Segala puji hanya untuk
Allah azza wa jalla yang telah memberikanmu sebagai jodohku.
” Tanpa
terasa air mata Rino menetes deras di kedua pipinya. Dadanya terasa sesak
menahan isak tangis. Segera ia berbaring di sisi istrinya pelanpelan. Tak lama
kemudian ia pun terlelap.
Jilid II
Jam dinding
di ruang tengah berdentang dua kali.
Rina, istri
Rino terperanjat sambil terucap : “Astaghfirullaah, sudah jam dua..!
"
Dilihatnya sang suami pulas di sampingnya. Pelanpelan ia duduk, sambil
memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan.
“Kasihan
suamiku, aku tidak tahu kedatanganmu. Hari ini aku benarbenar capek, sampaisampai
nggak mendengar apaapa.
Sudah makan
apa belum ya dia..?!" Gumamnya dalam hati.
Ada niat mau
membangunkan, tapi ach.. tidak tega. Akhirnya Rina cuma pandangi saja wajah
suaminya.
Semakin lama
dipandang, semakin terasa getar di dadanya. Perasaan yang campur aduk, tak bisa
diungkapkan dengan katakata. Hanya hatinya yang bicara:
“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk
menjadi imamku. Aku telah yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi
bapak dari anakanakku. Begitu besar harapan kusandarkan padamu. Begitu banyak
tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.
Wahai
suamiku..
•Ketika aku
sendirian.. Kau datang menghampiriku.
•Saat aku
lemah.. Kau ulurkan tanganmu menuntunku.
•Dalam
duka.. Kau sediakan dadamu untuk merengkuhku.
•Dengan
segala kemampuanmu.. Kau selalu ingin melindungiku.
Wahai
suamiku..
•Tak kenal
lelah kau berusaha membahagiakanku.
•Tak kenal
waktu kau tuntaskan tugasmu.
•Sulit dan
beratnya mencari nafkah yang halal„ tidak menyurutkan langkahmu. Bahkan sering
kau lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anakanak.
Lalu..
Atas dasar
apa aku tidak berterimakasih padamu.
Dengan
alasan apa aku tidak berbakti padamu? Seberapapun materi yang kau berikan, itu
hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu.
Jika kau
belum sepandai da’i dalam menasehatiku, Tapi..
Kesungguhan
& tekadmu beramal shaleh, mengajakku dan anakanak istiqomah di jalan
Allah.. Membanggakanku dan membahagiakanku.
Maafkan aku
wahai suamiku.. Akupun akan memaafkan kesalahanmu.
Alhamdulillah..
segala puji hanya milik Allah. Yang telah mengirimmu menjadi imamku. Aku akan
taat padamu untuk mentaati Allah. Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridhoNya.
.” ربنا هب لنا
من أزواجنا وذريتنا قرة
أعين واجعلنا للمتقين إماما
"
Rabbana
hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota 'ayun waj'alna lil muttaqina
imamma"
Aamiiin..,Tuhan
Memberkati kita semua, Love Youuuuuu…